Kamis, 15 Oktober 2020

Sikap Manusia Sebagai Makhluk Bertuhan di Saat Musibah Melanda

A. PENGERTIAN 

       Manusia sejatinya adalah makhluk yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta yaitu Tuhan yang mereka Yakini. Dalam agama islam, Allah SWT adalah Sang Pencipta dari Manusia itu sendiri. Manusia dikatakan sebagai makhluk yang ber-Tuhan karena sifat aslinya adalah memiliki wibawa baik positif ataupun hanif. Karena itu kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu. Walaupun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengibaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut menandakan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi tantangan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas baik.

        Pada zaman yang seperti sekarang, dimana seluruh umat manusia diuji keimanannya dengan merebaknya suatu virus yang dapat menyebar dengan skala yang begitu cepat di seluruh dunia.

لَا تَحۡسَبُوۡهُ شَرًّا لَّـكُمۡ‌ ؕ بَلۡ هُوَ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ‌ ؕ
"...Jangan menyangka bahwa musibah ini jelek untuk kalian, karena disitu ada kebaikan untuk kalian.." (QS. An-Nur: 11)

Sebagai makhluk yang bertuhan, tentunya terdapat beberapa karakteristik yang diantaranya adalah dengan mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan yang diimplementasikan dengan berbagai macam cara, Menyadari bahwa dunia dan isinya adalah ciptaan Tuhan, Manusia dianugerahi akal dan budi yang dapat dikembangkan secara maksimal, Manusia memiliki keterbatasan yang kadang sukar dijelaskan.

Untuk orang yang beriman terhadap Tuhannya, mereka menghadapi musibah seperti saat ini dengan berbagai cara, diantaranya :

  1. Orang beriman selalu menggunakan ilmunya dan tidak pernah merugikan orang lain.

    Dalam keadaan pandemi seperti sekarang, tentunya banyak berita-berita yang tidak jelas sumbernya sehingga menimbulkan kecemasan dalam diri kita. Untuk orang beriman tentunya mereka akan menggunakan ilmunya dalam menyaring informasi-informasi valid terkait pemberitaan yang beredar.

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

    “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 6)

  2. Orang beriman selalu melihat suatu permasalahan dari kacamata iman mereka.

    Yaitu dengan berhusnudzhan kepada Allah SWT bahwa didalam suatu musibah pasti terdapat suatu kebaikan dan dengan selalu bersikap optimis musibah pasti akan berlalu.

    يعجبني الفال والفال الكلمة الطيبة
    "Betapa optimisme membuatku takjub, dan optimisme itu adalah kata yang baik".
      (HR. Muslim)

  3. Jadikan musibah sebagai ajang untuk meningkatkan ketaqwaan serta keimanan terhadap Allah SWT.

    قُلْ لَّنۡ يُّصِيۡبَـنَاۤ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَـنَا ۚ هُوَ مَوۡلٰٮنَا ‌ ۚ وَعَلَى اللّٰهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ

    "Katakanlah (Muhammad), Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah: Ayat 51)

  4. Ikhtiar dengan mengikuti instruksi yang berlaku.
    Kita berikhtiar dengan mematuhi seluruh protokol yang berlaku dengan harapan kita dapat terbebas dari penyakit tersebut.

  5. Lakukan dzikir pada pagi dan petang hari. 

    فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ
    Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di sore hari dan waktu kamu berada di waktu pagi hari” (QS. Ar-Rum:17).

B. IMPLIKASI KEBERTUHANAN TERHADAP SIKAP PRIBADI DAN SOSIAL

        Kepribadian seseorang sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (diri sendiri) serta faktor dari luar (lingkungan). Faktor penting dalam pembentukan karakter seseorang ialah dari ajaran Agama sejak mereka lahir dan tumbuh pada ruang lingkup keluarga. Karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan - tindakan. Baik atau buruknya karakter tergambar dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan perwujudan dari karakter. Suatu kebenaran tidak akan terbangun dengan sendirinya tanpa melibatkan kehadiran karakter yang menopang segala upaya untuk menegakkan suatu kebenaran.

        Ajaran agama adalah ukuran-ukuran yang menetapkan suatu batasan atas tindakan yang akan kita lakukan. Agama hadir hanyalah untuk menjadi penghubung agar terwujudnya manusia-manusia yang berakhlak baik. Tujuan dari Islam itu sendiri ialah terbentuknya suatu tatanan kehidupan yang damai, aman, sejahtera dan selamat. Itu dapat terwujudkan apabila kita memiliki Akhlakul Kharimah.

C. INTERPRETASI KEBERTUHANAN ANTROPOSENTRIS

  • Hakikat dari Kehambaan Terhadap Allah SWT
    Hakikat dari kehambaan terhadap Allah SWT ialah dengan kita mentaati, mematuhi dan tunduk terhadap semua perintah dan larangan-Nya. Pengertian dari hamba itu sendiri ialah manusia yang selalu taat, tunduk dan patuh terhadap tuan-Nya yaitu Allah SWT. Kita sebagai hamba-Nya haruslah taat untuk beribadah, bertaqwa, dan melakukan semua ajaran-Nya tanpa adanya suatu paksaan melainkan dengan suatu ketulusan dari diri kita sebagai hamba-Nya.

  • Jenis-Jenis Penghambaan Menurut Ensiklopedia Islam
    1. Hamba karena terikat suatu hukum (budak)
    2. Hamba karena penciptaan (seluruh makhluknya)
    3. Hamba karena pengabdian kepada Allah
    4. Hamba karena memburu dunia (mencintai kehidupan dunia sehingga melupakan ibadah kepada Allah
        SWT sehingga menjadikan diri mereka sebagai budak duniawi)

D. KONSEP DIRI MANUSIA ISLAMI

  1. Meningkatkan Kesadaran Diri
    Takwa terhadap Allah SWT merupakan jalan rohani yang ditempuh manusia untuk mencapai kesadaran terhadap diri mereka. 

  2. Meningkatkan Pengetahuan Diri

    Dari Abi Darda r.a. berkata, saya mendengar Rasuluullah Saw. Bersabda: “ Bagi siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya (memayungkan sayapnya) kepada penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut.” (HR. lbn Majah)

  3. Meningkatkan Keterampilan Diri
    Kita harus selalu meningkatkan keterampilan diri terhadap suatu ilmu-ilmu baru agar dapat meningkatkan kualitas kita sebagai manusia islami.

  4. Membangun Kinerja Sumber Daya Manusia

    وَعَنْ اَبِى عَبْدِاللهِ الزُّبَيْرِبنِ العَوَّامِ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللهِ :لأَنْ يَأْخُذَ اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.

    Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:
    "Sesungguhnya, seorang diantara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutupi kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak" (HR. Bukhari)

  5. Meningkatkan Kesehatan

    نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفراغ

    “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari: 6412, at-Tirmidzi: 2304, Ibnu Majah: 4170)

  6. Memulai Keberanian Pribadi

    مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ

    "Barang siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya, dan jika tidak mampu, maka rubahlah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)

  7. Meningkatkan Kemampuan Sosial
    Kemampuan sosial harus selalu ditingkatkan terutama kita sebagai manusia islami, bersikap baiklah terhadap semua umat manusia dan janganlah kita untuk menyakitinya.
E. TUGAS DAN PERAN MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH
  • Berdzikir dan Bersyukur Kepada-Nya
            Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di sore hari dan waktu kamu berada di waktu pagi hari” (QS. Ar-Rum:17).

  • Merenungkan dan Mentafakuri Kejadian Alam Semesta dan Lingkungan
    Kita sebagai hamba dan khalifah Allah sudah sepatutnya bersikap seperti itu, merenung bahwa semua kejadian alam yang ada di permukaan bumi ini pasti adanya berhubungan dengan Sang Pencipta.

  • Meneliti dan Mengkaji Rahasia-rahasia Kejadian Alam, Asal-usul Kejadiannya, Tujuan Kejadiannya, dan Akhir Kejadiannya.
    Mengkaji bagaimana rahasia-rahasia kejadian alam merupakan salah satu cara untuk diri kita dalam meningkatkan iman kita kepada Allah SWT.

  • Mempelajari Kehidupan Umat Terdahulu
    Walaupun kita tidak hidup pada era umat-umat islam terdahulu, kita harus mempelajari bagaimana kehidupan umat pada saat itu. Sebagai bahan pembelajaran dan penguatan iman terhadap diri kita, karena kehidupan mereka untuk memperjuangkan islam memperoleh hasil seperti sekarang dimana islam sudah berjaya.

  • Memelihara Kelestarian Alam
    Setiap Usaha Pengelolaaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup secara Baik dan Benar adalah Ibadah kepada Allah SWT yang dimana dapat dinilai pahala. Sebaliknya, setiap tindakan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, pemborosan sumber daya alam, dan penelantaran ciptaan  Allah adalah perbuatan yang dimurkainya, karena tergolong sebagai perbuatan maksiat atau munkar yang diancam sebagai siksa.

  • Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifa Allah 
    Khalifa adalah seseorang yang bertugas sebagai pengganti yang memegang kekuasaan setelah wafat nya rasulullah. Kekuasaan yang diberikan  kepada manusia itu bersifat kreatif, khalifa akan mengolah segala sesuatu yang ada di bumi tentunya dengan ketentuan yang ditetapkan Allah.
    Allah mengajarkan kepada manusia tentang kebenaran segala penciptaan-Nya melalui pemahaman terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya.Manusia adalah makhluk sempurna dibading makhluk-makhluk lain. Manusia di beri akal agar dapat memakmurkan bumi, dan manusia juga disebut dengan makhluk yang serba dimensi.

F. TUGAS DAN PERAN MANUSIA TERHADAP ALAM SEMESTA

        Allah menciptakan manusia dalam wujud sebaik-baiknya kejadian, sebagaimana firman Allah SWT dalam quran yang artinya : 
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Qs At-Tin:4 )
Apa yang disebut lingkungan menurut islam mencakup semua usaha kegiatan manusia dalam sudut ruang dan waktu. Lingkungan ruang, mencakup bumi, air, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta semua yang ada diatas dan didalam perut bumi, yang semuanya diciptakan Allah untuk kepentingan umat manusia. Lingkungan waktu merupakan peringatan dan pelajaran bagi manusia melalui pengamatan dan pengkajian terhadap nasib yang menimpa orang-orang terdahulu dalam hal pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya alam.


G. PRINSIP - PRINSIP ISLAM DALAM PENGELOLAAN ALAM SEMESTA
  • Konsep Alam menurut Islam
          Dalam islam, kesatuan semesta dipandang sebagai citra kesatuan prinsip ilahi. Tujuan sains dalam islam adalah untuk memperlihatkan  kesatuan alam semesta, yaitu kesalingterhubungan  seluruh bagian dan aspeknya.  Oleh karena itu, sains seharusnya berupaya untuk mengkaji semua aspek alam semesta yang beraneka ragam  dari sudut pandang yang menyatu dan terpadu.
          Pengetahuan mengenai alam semesta merupakan pengetahuan yang titik pandangannya berasal dari pandangan metafisik.  Prof. Al-Attas memberikan pangandaian konsep alam dalam islam. Bahwa alam diibaratkan sebagai tanda atau petunjuk jalan. Dalam islam, hubungan ketakterpisahan (inseparable) antara manusia dan alam, serta antara ilmu-ilmu alam dan agama. dapat ditemukan dalam al-quran itu sendiri. Menurut Hossein Nasr, kitab ilahi merupakan ‘logos’ atau ‘Firman Allah’ (words of god). Dengan demikian, kitab tersebut adalah sumber wahyu yang merupakan dasar agama dan ia juga merupakan penerangan (berita).
        Islam adalah agama komprehensif (kaffah) yang sangat mendetail dalam menggambarkan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Bagi Ibrahim, seorang muslim sejati harusnya seorang muslim hijau yang mengamalkan agama hijau. Yaitu, penganut agama islam yang sangat peduli atas isu-isu lingkungan seraya mengintegrasikan keimanannya dengan upaya penjagaan bumi ini.

  • Prinsip - prinsip Utama Perawatan Lingkungan

    Islam menetapkan ada enam prinsip utama yang harus dilakukan dalam perawatan lingkungan, diantaranya :
    a). 
    Prinsip memahami kesatuan tuhan dan ciptaan-Nya
    b). Prinsip Melihat tanda-tanda kebesaran tuhan yang terkandung dalam Quran
    c). Prinsip menjadi penjaga atau khalifah di bumi
    d). Prinsip amanah atau memegang kepercayaan untuk memegang hak perwalian.
    e). Prinsip memperjuangkan keadilan 
    f). Prinsip keseimbangan/mizan 

    Berdasarkan prinsip-prinsip diatas yang semestinya dipatuhi oleh umat muslim di mana pun, kita bisa melihat betapa segala kerusakan lingkungan-lingkungan yang selalu terjadi akibat nafsu liar manusia semata.

KESIMPULAN

        Sejatinya manusia adalah makhluk yang bertuhan karena mereka tidak mungkin ada di dunia ini nika tidak ada yang menciptakan diri mereka. Hubungan manusia dengan Tuhan diibaratkan sebagai anak terhadap orangtua, dimana manusia harus selalu patuh, taat dan menjalankan semua ajaran dari Tuhannya baik itu larangan ataupun perintah. Teruntuk umat islam, kita harus mengikuti pedoman-pedoman yang terdapat dalam kitab suci al-quran dan anjuran dari para nabi serta para guru agama agar kita senantiasa berperilaku layaknya seperti manusia islami. 

        Keseharian kita dalam mengaplikasikan kehidupan itu merupakan salah satu contoh konkrit apakah diri kita ini sudah sesuai dengan ajaran islam ataukah belum. Ketika musibah melanda, kita sebagai manusia islami harus berperilaku sesuai dengan ajaran islam yaitu diantaranya kita harus selalu menggunakan ilmu kita dalam menganalisa musibah yang terjadi agar tidak merugikan orang lain, selalu mengamati suatu musibah dari kacamata keimanan, jadikan musibah sebagai ajang untuk meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT, berikhtiar dengan mengikuti anjuran-anjuran agama dan anjuran yang berlaku pada masyarakat, serta bertasbihlah pada pagi dan petang hari. 



Artikel ini disusun oleh Sikri Atno (1305619002), mahasiswa program studi S1-Matematika guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Dosen Bapak Suyuti, M.Pd. 

Sikap Manusia Sebagai Makhluk Bertuhan di Saat Musibah Melanda

A. PENGERTIAN            Manusia sejatinya adalah makhluk yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta yaitu Tuhan yang mereka Yakini. Dalam aga...